MINGGU XXIII SETELAH TRINITATIS, 03 NOVEMBER 2013
Ev. Markus 3: 31-35
Tema: Yang Melakukan
Kehendak Allah Adalah Saudara Yesus
I. Pendahuluan
Istilah
keluarga, pada mulanya dipahami oleh banyak orang sebagai sebuah kumpulan kecil
yang mempunyai “ikatan biologis/darah”, terdiri dari Ayah, Ibu, dan Anak. Ini
yang disebut dengan keluarga inti dan kita semua mempunyai hal tersebut.
Kemudian kita juga adalah bagian dari lapisan berikutnya yang disebut keluarga
yang diperluas, yaitu orang tua, mertua, ipar, keponakan, dan mereka yang
berasal dari garis keturunan yang sama. Berikutnya kita juga adalah bagian dari
keluarga yang lebih besar lagi. Ada keluarga karena marga, keluarga karena
pekerjaan, keluarga karena hobbi, atau juga keluarga karena persekutuan/gereja,
dan sebagainya.
Menjadi bagian dari sebuah keluarga adalah
hal yang baik. Sebab, ketika seseorang tidak mempunyai keluarga (apakah
keluarga inti, keluarga yang diperluas, atau keluarga besar), maka ia ibarat
seekor anak ayam yang kehilangan induk, tidak punya arah. Namun di dalam nats
bacaan kita minggu ini, ada kesan bahwa Yesus kurang perduli dengan
keluarganya. Seolah-olah Yesus tidak senang ketika diberitahu bahwa keluarganya
datang mengunjunginya. Apakah Yesus memang tidak perduli kepada keluarganya?
Tentu saja tidak. Bagi Yesus, ikatan keluarga juga adalah sesuatu yang baik,
yang kudus, yang perlu dijaga dan dipertahankan. Pertanyaan Yesus kepada orang
banyak itu,"Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-saudara-Ku?" (3:33), mempunyai
makna pengajaran yang baru kepada orang Yahudi pada saat itu tentang siapa yang
disebut keluarga dalam kehidupan mereka.
II. Penjelasan Nats
Jika kita
baca dalam Markus 6: 3, di situ dikatakan dengan jelas bahwa Yesus mempunyai
beberapa orang saudara, yakni; “Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon dan
saudara-saudara-Nya yang perempuan”. Mengenai saudara-saudaranya itu, tidak
secara detail diketahui, tetapi kita mengetahui tentang Yakobus (yang kemudian
menjadi pemimpin jemaat perdana di Jerusalem (Kis. 15:13; Galatia 2:9) dan juga
penulis surat Yakobus, serta tentang Yudas (penulis surat Yudas). Kedatangan
mereka adalah untuk menemui Yesus, sekaligus “hendak mengambil Dia, sebab kata
mereka Ia tidak waras lagi.” (3:21). Mungkin, tindakan ini diambil oleh keluarga
Yesus sebab mereka telah mendengar kemarahan
orang-orang Farisi dan orang-orang Herodian yang bersekongkol untuk
membunuh Yesus (3:6). Kita sendiri mungkin akan bertindak sama, mencoba
melindungi, ketika anggota keluarga kita terancam jiwanya oleh orang lain.
Saat itu
Yesus berada di dalam sebuah rumah duduk dikelilingi oleh orang banyak yang
mendengarkan pengajaran-Nya. Begitu banyaknya orang, membuat keluarga Yesus
tidak dapat masuk dan mendekati Yesus, sehingga harus meminta bantuan seseorang
untuk memanggil Dia. Tetapi jawaban Yesus adalah sebuah pertanyaan: "Siapa
ibu-Ku dan siapa saudara-saudara-Ku?" Dan Yesus menjawab sendiri
pertanyaan tersebut demikian, ”Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah
saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku."
Oleh Yesus, kita
semua diundang untuk menjadi bagian dari keluarga-Nya. Tuhan menginginkan anda
menjadi anggota keluargaNya. Dalam Roma 8: 15 berbunyi, “Sebab kamu tidak
menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah
menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: ‘ya
Abba, ya Bapa!”. Yesus mengajak kaum Yahudi, dan kita saat sekarang ini, tidak
hanya mementingkan keluarga Jasmani di
dunia ini. Sebab, keluarga yang di dunia ini sangat rapuh dan bersifat
sementara. Keluarga di dunia ini gampang pecah, seringkali pecah karena
perceraian, jarak, menjadi tua, dan yang pasti kematian.
Karena itu, kita
memerlukan keluarga Rohani, dimana
oleh karena iman kita kepada Yesus Kristus, kita menjadi anak-anak Allah, dan
Allah menjadi Bapa kita, orang-orang percaya lainnya menjadi saudara-saudara
kita, dan gereja menjadi keluarga rohani kita.
III. Aplikasi
1. Pertanyaan yang diajukan orang Yahudi ketika mencobai Yesus, ”Dan
siapakah sesamaku manusia?" (Lukas 10:29), dijawab Yesus bahwa sesama kita
adalah orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya. Jawaban serupa
diberikan Yesus terhadap pertanyaan, ”Dan siapakah keluargaku? Siapakah yang
menjadi ayahku, ibuku, saudaraku laki-laki, saudaraku perempuan?”, yakni,
“Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah
saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku”. Selama ini pemahaman kita tentang
keluarga mungkin saja terbatas hanya pada ikatan tertentu. Menjadi keluarga
karena ikatan darah, ikatan pekerjaan, ikatan asmara, dan yang lainnya. Tanpa
kita sadari sebagai akibat dari pemahaman seperti ini, seringkali membatasi
kita dalam melakukan apa yang baik kepada sesama.
2. Dalam
banyak hal kita cenderung melakukan nepotisme.
Nepotisme berarti lebih memilih saudara atau teman akrab berdasarkan
hubungannya bukan berdasarkan kemampuannya. Misalnya ketika kita mempunyai
jabatan di pemerintahan, maka orang-orang yang tidak mempunyai hubungan
keluarga seperti yang kita pahami, meskipun memunyai kemampuan, tidak akan kita
beri kesempatan. Di sini kita telah membatasi kasih Tuhan kepada sesama. Yesus
telah memberikan pengertiaan baru kepada kita. Keluarga kita adalah semua orang
yang hidup untuk melakukan kehendak Allah dalam hidupnya. Semua orang yang
melakukan kehendak Allah, akan mendatangkan damai sejahtera bagi kita semua. Di
dalam keluarga Allah tidak ada lagi nepotisme, sebab syarat menjadi keluarga
bukan lagi karena “dekat dengan” atau “akrab dengan”, tetapi berdasarkan
kemampuan mereka untuk melakukan kehendak Allah dalam hidup kita.
3. Gereja
adalah keluarga Allah. Setiap orang mendapat undangan untuk
menjadi anggota keluarga Allah dimana keanggotaannya bersifat universal, tidak
terbatas. Jika keluarga Jasmani dibatasi
oleh beragam syarat, marga, suku, bangsa, kelompok, status, adat, budaya, dan
lain sebagainya, maka menjadi anggota keluarga Allah terbuka bagi siapa saja
saja yang melakukan kehendak Allah.
Semua manusia diciptakan oleh Allah, tetapi tidak semua manusia menjadi anak
Allah. Hanya mereka yang mau melakukan kehendak Allah dalam hidupnya, merekalah
yang menjadi bagian keluarga Allah.
IV. Nyanyian
Kebaktian Bhs. Indonesia
1. 17 : 1-3
|
3. 58 : 1-2
|
5. 240a : 1 …..
|
7. 249 : 1 …..
|
2. 29 : 1-2
|
4. 287b: 1-2
|
6. 318 : 2
|
|